Geodesi adalah bidang ilmu
inter-disiplin yang menggunakan pengukuran-pengukuran pada permukaan Bumi serta
dari wahana pesawat dan wahana angkasa untuk mempelajari bentuk dan ukuran
bumi, planet-planet dan satelitnya, serta perubahan-perubahannya; menentukan
secara teliti posisi serta kecepatan dari titik-titik ataupun objek-objek pada
permukaan bumi atau yang mengorbit Bumi dan planet-planet dalam suatu sistem
referensi tertentu; serta mengaplikasikan pengetahuan tersebut untuk berbagai
aplikasi ilmiah dan rekayasa menggunakan matematika, fisika, astronomi,
dan ilmu komputer
Datum geodetik adalah
parameter yang digunakan untuk mendefinisikan bentuk dan ukuran elipsoid
referensi. Parameter-parameter ini selanjutnya digunakan untuk pendefinisian
koordinat, serta kedudukan dan orientasinya dalam ruang di muka bumi. Setiap
negara menggunakan suatu sistem Datum Geodetik yang masing-masing ditetapkan
menjadi dasar acuan pemetaan nasionalnya.
Banyak peta atau data geodesi
yang dipunyai/dimiliki oleh satu negara dengan negara lainnya menggunakan datum
yang berbeda, bahkan dalam satu negara pun yang terdiri dari pulau-pula, zaman
dulu sebelum adanya tehnologi satelit yang pengukuran sudut-sudut antara
titik-titik di bumi dalam suatu jaringan triangulasi atau jaringan sudut
segitiga masih menggunakan model pengukuran secara optik yang jangkauan
pengukurannya maksimum 60 km, tiap wilayah atau pulau menggunakan datum yang
berbeda. Misalnya di negara kita sendiri di jaman pemerintah kolonial belanda,
Untuk keperluan survey geodesi yang lebih luas, ada Datum Genuk di
semarang Jawa Tengah, ada Datum Gunung Raya di Kalimantan Barat, ada Datum
Serindung di Kalimantan Timur, ada Datum Monconglowe di Sulawesi
Selatan, ada juga Datum di Maluku dan Datum di Papua
Dalam sejarah pemetaan di
Indonesia, telah terjadi beberapa kali perubahan datum geodetik yang digunakan.
Pertama, untuk penggunaan sejak tahun 1870 (oleh pemerintah kolonial Belanda)
hingga tahun 1974, Datum Geodetik menggunakan sistem koordinat relatif dan
posisi Ellipsoid bermacam-macam. Untuk Jawa - Nusa Tenggara - Sumatera dipakai
titik di Gunung Genuk, di sekitar Semarang sebagai titik awal sistem
(berhimpitan dengan titik Gunung Genuk di Jawa Tengah) dan dinamakan Datum
Genuk
XPDC Datum Genuk 1870
Sebagai jurusan teknik geodesi di
universitas sebesar UNDIP. Tidaklah pantas jika kami tak bisa menemukan datum
tersebut yang berada di kawasan jepara. Maka ketua jurusan mengerahkan MAPALA
geodesi undip yang bernama SHERPA untuk mengemban misi ini
Tanggal 1-6-2011 pagi kami pun
berangkat ke jepara dari kampus UNDIP Semarang. Kami terdiri dari 9 orang
personil yang mana terdiri dari 8 orang mahasiswa teknik geodesi UNDIP angkatan
2009 dan juga bapak dosen kampus Geodesi
Sekitar jam 11 siang kami sudah
sampai di kawasan jepara. Kami mulai bertanya pada orang orang tentang gunung
genuk. Awalnya tidak ada yang pernah tau tentang gunung genuk hingga akhirnya
ada seseorang yang tau tentang letak gunung genuk. Dan ternyata gunung genuk
masih sangat jauh dari jepara. Kami pun melanjutkan perjalanan ke suatu daerah
bernama Bangsri. Setelah sampai di bangsri kami masih bertanya tanya pada
penduduk tentang datum genuk.
Jalan yang kami lalui melewati
desa desa terpencil. Kami sering nyasar karena tak tau jalan. Kami sering
bertanya jalan pada penduduk yang kami temui. Dan akhirnya sekitar jam 1 siang
kami sampai di Desa Guwo yaitu sebuah desa yang konon katanya dulu menjadi akar
jalur ke arah puncak gunung genuk. Untuk memastikanya kami kembali bertanya
kepada warga dan ternyata memang benar ada jalur ke arah puncak gunung genuk
Kami pun segera mempersiapkan
perbekalan. Kami makan dahulu lalu segera beristirahat untuk memulihkan tenaga.
Sekitar jam 2.30 siang kami berangkat ke puncak gunung genuk. Awalnya kami
bermaksud mencarinya sendiri tanpa bantuan penduduk lokal tapi pak dosen
menyarankan demikian agar XPDC ini berjalan lancar. Dengan di bantu 2 orang
penduduk lokal akhirnya kami pun berangkat
Pertama tama kami harus melalui
perkebunan warga. Kemudian jalur terus menanjak membelah semak belukar. Jalur
yang kami lewati hampir tertutup karena tidak pernah di lewati sebelumnya. Kata
penduduk lokal jalur ini terakhir di lewati beberapa tahun silam sehingga
hampir tertutup seperti ini.
Kami terus melaju membelah
rerumputan. Jalan yang kami lewati semakin terjalan dan menanjak. Belum lagi
jalur semakin tidak jelas,sehingga memperlambat langkah kami. Tak jarang kami
harus terjatuh karena terjalnya medan. Kami pun harus berpegangan pada semak
semak untuk terus melangkah maju
Setelah itu kami mulai masuk
kawasan hutan. Hutan yang kami lewati sangat lebat karena tak pernah tersentuh
oleh manusia. Kami membuka jalan menggunkan golok agar lebih layak di lewati.
GPS mengatakan datum genuk berjarak sekitar kurang dari 100 Meter dari tempat
kami berpijak. Kami pun semakin semangat untuk menyelesaikan XPDC ini
Setelah melalui semak belukar dan
hutan yang lebat akhirnya kami sampai di puncak gunung genuk. Datum genuk yang
di buat tahun 1870 tersebut berada di antara semak belukar sehingga memaksa
kami membersihkanya menggunakan golok. Kondisi datum lumayan hancur karena
maklum lah usianya yang sudah ratusan tahun.
Kami pun beristirahat sejenak
untuk makan dan minum. Lalu setelah mengambil beberapa foto dan mengibarkan
bendera jurusan teknik geodesi UNDIP kami pun segera turun. Hari semakin senja
sehingga memaksa kami agar bergerak lebih cepat. Sambil turun gunung kami
alunkan golok untuk membuka jalur ini. Kami di bantu oleh penduduk lokal
sehingga mempermudah tugas kami. Tepat saat jam 6 sore kami sampai di
perkampungan.
Malam itu kami menumpang di rumah
penduduk. Sedangkan pak dosen dan 2 personil lainya langsung bergegas ke
Semarang. Ke esokan harinya kami mampir sejenak ke pantai bandengan untuk
merayakan keberhasilan XPDC ini ,,,,,,,,Salam Lestari
SHERPA
Solid,solid,solid ,,,,,,,
FOTOGRAFER : HARMEYDI AKBAR TRIMAKASIH UNTUK SLR 500 D YANG MENEMANI SAYA MENDOKUMENTASIKAN KEGIATAN KITA
BalasHapus