MERUDIPA
BUANA
Ekspedisi
Merudipa Buana adalah nama ekspedisi geospasial yang dilakukan Sherpa pada
tahun periode ini. Untuk namanya memiliki sebuah arti; meru yaitu gunung, dipa
cahaya, dan buana adalah dunia. Lalu Merudipa Buana berarti cahaya gunung untuk
dunia. Karena hasil ekspedisi ini sendiri berupa peta jalur pendakian gunung,
dan Sherpa berharap peta ini dapat dimanfaatkan oleh banyak orang diluar sana
tidak hanya untuk para pendaki saja namun juga orang orang yang ingin melakukan
riset, SAR, dan lain lain layaknya Cahaya di puncak gunung yang memberi
penerangan berupa infomrasi kepada manusia di sekitarnya.
Apa
saja kegiatannya? Jadi ekspedisi yang dilakukan anggota- anggota Sherpa berbeda
dari ekspedisi ekspedisi lain yang sering dilakukan oleh mapala-mapala lain.
Jika kebanyakan mapala melakukan ekspedisi untuk suatu pengembaraan atau
mencari petualangan baru di gunung, hutan, maupun gua; berbeda dengan Sherpa.
Sherpa lebih berfokus pada pemetaan jalur-jalur gunung dengan output yang tentu
saja peta jalur pendakian.
Lantas
kenapa kegiatan ekspedisinya berupa kegiatan pemetaan? Hal ini dilakukan
mengingat minimnya peta jalur pendakian yang ada. Yang biasanya ada di basecamp
gunung hanyalan gambaran trek sederhana menuju puncak tanpa adanya grid,
kontur, jarak, atribut, dan skala yang jelas. Jadi dalam penyampaian
informasinya kurang maksimal. Kita tahu sendiri bahwa fungsi peta adalah untuk
memberikan informasi yang jelas pada pembaca. Jika yang tersedia hanyalah
gambaran sederhana jalur pendakian lantas bagaimana para pendaki mendapat
informasi yang jelas? Belum lagi jika para pendaki sedang berada pada situasi
kiritis seperti misal sedang melakukan SAR. Tanpa adanya peta yang jelas,
evakuasi akan sulit sekali dilakukan karena kurangnya informasi yang memadai
terkait lokasi perkiraan hilangnya korban, pendistirbusian evakuasi, dan arah
sapuan evakuasi. Hal ini hanyalah segelintir contoh dari banyak sekali manfaat
yang didapatkan dengan adanya peta jalur pendakian.
Selain
itu kenapa yang dipilih adalah kegiatan pemetaan yaitu karena basis keilmuan
yang dimiliki para anggota Sherpa adalah Ilmu Geodesi. Akan sangat percuma jika
kegiatan yang dilakukan Sherpa hanyalah menikmati alam tanpa mengaplikasikan
ilmu geodesi di dalamnya. Oleh karena itu dengan adanya problema seperti yang
ada diatas dan ditambah dengan dasar keilmuan yang ada maka dilakukanlah
Ekpedisi Geospasial ini.
Untuk
sekarang ini Sherpa menargetkan akan memetakan jalur-jalur 7 Gunung tertinggi
di Jawa Tengah. Ya mencoba untuk logis, keinginan Sherpa tidak muluk muluk
untuk memetakan semua gunung yang ada. Cukup untuk gunung pada area Jawa Tengah
terlebih dahulu. Dan semuanya dilakukan bertahap. Satu persatu, karena
mengingat tiap gunung juga memiliki jalur yang tidak sedikit. Ada yang 3, 4,
hingga 6 bahkan lebih. Tapi pemetaan yang dilakukan sebatas pada jalur jalur
resmi yang terdaftar.
Dalam
melakukan ekspedisi diperlukan beberapa hal yang penting, yaitu GPS handheld
untuk alat pencatat titik dan garis di lapangan, persiapan yang matang, dan tim
yang solid. Dalam tim itu setiap anggotanya memiliki tugas yang berbeda-beda,
ada Team Leader, Picker, Dokumenter,
Pencatat, dan Sweeper. Tugas yang diemban tiap anggota harus dijalankan secara
sinergis dan kompak. Karena dalam keanyatannya di lapangan memang dibutuhkan
keselarasan tiap orang. Contohnya team leader yang memimpin jalan dan berhenti
di tiap titik yang akan di pick, picker menandai titik dengan GPS, Dokumenter
bertugas untuk memfoto objek sekitaran tempat berhenti, pencatat mencatat tiap
poin dan kapan poin tersebut di pick, lalu sweeper bertugas untuk memastikan
keberadaan tiap anggota hingga tidak ada yang tertinggal dan untuk mem-“push”
team jika dirasa terlalu lama dalam beristirahat untuk mengejar waktu.
Tim
yang solid tidak hanya dibutuhkan pada saat pendakian. Namun pasca pendakian
dimana pengolahan data dilakukan, juga diperlukan team yang kompak. Karena
penglohan data tidaklah mudah. Ada beberapa step yang harus diproses sebelum
bentuk peta itu jadi.
Dari
7 gunung yang ditargetkan, untuk saat ini baru 4 yang sudah terpetakan yaitu
Gunung Ungaran, Gunung Merbabu, Gunung Lawu, Gunung Merapi. Sebenarnya ada satu
lagi yaitu Gunung Sumbing, namun saat ini masih dalam tahap pengolahan karena
pendakiannya pun baru dilakukan Bulan September kemarin.
Jika
ditanya apakah kedepannya ada harapan terkait kegiatan ekspedisi ini,
jawabannya pasti ada. Saya pribadi berharap Sherpa dapat memiliki peta-peta
hasil pemetaan geospasial yang dilakukan oleh anggotanya untuk lingkup gunung
se-Jawa. Dengan begitu nama Sherpa bisa lebih dikenal masyarakat luas sebagai
mapala yang tidak hanya bermain dengan alam tapi juga menerapkan keilmuan dalam
kegiatan-kegiatannya. Namun hal itu sebagai angan jangka panjang, untuk
sekarang ini saya berharap Ekspedisi Merudipa dapat selesai memetakan 7 gunung
di Jawa Tengah dan peta nya dapat didistribusikan ke Basecamp, masyarakat
sekitar kaki gunung, dan juga para ilmuwan-ilmuwan yang sedang ingin melakukan
riset di gunung. Karena seringkali teman-teman mahasiswa menanyakan tentang
peta-peta ini dan memintanya untuk keperluan penelitian. Mengkobinasikan ilmu
geodesi dengan ilmu lain tentu sungguh menarik dan bisa mendapatkan manfaat
baru, untuk itu jika pemetaan ini cepat selesai maka banyak sekali yang
mendapatkan imbas positifnya.
Tim 1 - Jalur Garung
Tim 2 - Jalur Butuh
Tim 3 - Jalur Bowongso
Tim 4 - Jalur Sipetung